Harga Minyak Dunia Kembali Merangkak Naik
Kamis 25 Oktober 2018, 08:02 WIB
ilustrasi
Jakarta, berazamcom -- Harga minyak mentah dunia menanjak tipis pada perdagangan Rabu (24/10), waktu Amerika Serikat (AS), setelah sebelumnya tertekan dalam beberapa hari terakhir. Penguatan terjadi setelah stok bensin dan minyak solar turun lebih besar dari perkiraan dan proyeksi kenaikan permintaan musiman minyak mentah untuk kilang.
Dilansir dari Reuters, Kamis (25/10), harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,39atau 0,6 persen menjadi US$66,82 per barel. Berdasarkan data Eikon, lebih dari 710 ribu kontrak WTI berpindah tangan pada perdagangan kemarin, melampaui rata-rata harian dalam 10 bulan terakhir sekitar 576 ribu kontrak.
Sementara, harga minyak mentah Brent turun US$0,27 atau 0,4 persen menjadi US$76,17 per barel. Pelemahan harga minyak mentah acuan global ini terjadi karena imbas dari proyeksi pasokan global, dimana Arab Saudi telah menyatakan rencana untuk mendongkrak produksi.
Pelaku pasar tetap menaruh perhatian pada permintaan global. Pelemahan di pasar modal juga akan mengurangi pembelian aset seperti minyak oleh manajer investasi. Pada Selasa lalu, harga minyak mentah dunia tertekan lima persen akibat kekhawatiran terhadap pelemahan proyeksi ekonomi.
Di sisi lain, pengenaan sanksi AS terhadap sektor perminyakan Iran yang akan segera berlaku telah membantu menopang harga.
Kementerian Energi AS menyatakan stok bensin AS merosot 4,8 juta barel menjadi 229,3 juta barel pada pekan lalu, terendah sejak Desember 2017.
Persediaan minyak distilasi termasuk minyak solar turun 2,3 juta barel. Kedua stok menipis lebih besar dari perkiraan. Harga bensin berjangka menanjak 0,9 persen menjadi US$1,853 per galon.
Data Badan Administrasi Informasi Energi AS juga menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 6,3 juta barel. Kenaikan tersebut lebih besar dari proyeksi jajak pendapat analis yang dilakukan Reuters, dimana kenaikan diperkirakan hanya sebesar 3,7 juta barel.
"Angka-angka utama minyak mentah sedikit bersifat menekan harga, namun dengan penurunan pasokan bensin dan kenaikan aktivitas kilang pasar mampu bertahan cukup bagus," imbuh Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.
Harga minyak mentah telah mendapatkan tekanan akibat sejumlah proyeksi di antaranya proyeksi Badan Energi Internasional yang memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan permintaan minyak untuk 2019.
Dengan pengenaan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran yang berlaku efektif 4 November 2018 mendatang, dua sumber Reuters dari perusahaan kilang pelat merah China menyatakan perusahaan tidak berencana untuk menerima pasokan minyak dari Iran untuk November.
Pada Selasa (23/10) lalu, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan Arab Saudi akan bertindak untuk memenuhi setiap permintaan yang terjadi untuk menjamin kepuasan konsumen.
Presiden Ritterbusch & Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya menilai semakin mendekatinya waktu pemberlakuan sanksi AS terhadap Iran merupakan faktor pendorong harga dibandingkan penekan harga meski Arab Saudi telah meyakinkan akan memproduksi minyak lebih banyak.
Dilansir dari Reuters, Kamis (25/10), harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,39atau 0,6 persen menjadi US$66,82 per barel. Berdasarkan data Eikon, lebih dari 710 ribu kontrak WTI berpindah tangan pada perdagangan kemarin, melampaui rata-rata harian dalam 10 bulan terakhir sekitar 576 ribu kontrak.
Sementara, harga minyak mentah Brent turun US$0,27 atau 0,4 persen menjadi US$76,17 per barel. Pelemahan harga minyak mentah acuan global ini terjadi karena imbas dari proyeksi pasokan global, dimana Arab Saudi telah menyatakan rencana untuk mendongkrak produksi.
Pelaku pasar tetap menaruh perhatian pada permintaan global. Pelemahan di pasar modal juga akan mengurangi pembelian aset seperti minyak oleh manajer investasi. Pada Selasa lalu, harga minyak mentah dunia tertekan lima persen akibat kekhawatiran terhadap pelemahan proyeksi ekonomi.
Di sisi lain, pengenaan sanksi AS terhadap sektor perminyakan Iran yang akan segera berlaku telah membantu menopang harga.
Kementerian Energi AS menyatakan stok bensin AS merosot 4,8 juta barel menjadi 229,3 juta barel pada pekan lalu, terendah sejak Desember 2017.
Persediaan minyak distilasi termasuk minyak solar turun 2,3 juta barel. Kedua stok menipis lebih besar dari perkiraan. Harga bensin berjangka menanjak 0,9 persen menjadi US$1,853 per galon.
Data Badan Administrasi Informasi Energi AS juga menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 6,3 juta barel. Kenaikan tersebut lebih besar dari proyeksi jajak pendapat analis yang dilakukan Reuters, dimana kenaikan diperkirakan hanya sebesar 3,7 juta barel.
"Angka-angka utama minyak mentah sedikit bersifat menekan harga, namun dengan penurunan pasokan bensin dan kenaikan aktivitas kilang pasar mampu bertahan cukup bagus," imbuh Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.
Harga minyak mentah telah mendapatkan tekanan akibat sejumlah proyeksi di antaranya proyeksi Badan Energi Internasional yang memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan permintaan minyak untuk 2019.
Dengan pengenaan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran yang berlaku efektif 4 November 2018 mendatang, dua sumber Reuters dari perusahaan kilang pelat merah China menyatakan perusahaan tidak berencana untuk menerima pasokan minyak dari Iran untuk November.
Pada Selasa (23/10) lalu, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan Arab Saudi akan bertindak untuk memenuhi setiap permintaan yang terjadi untuk menjamin kepuasan konsumen.
Presiden Ritterbusch & Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya menilai semakin mendekatinya waktu pemberlakuan sanksi AS terhadap Iran merupakan faktor pendorong harga dibandingkan penekan harga meski Arab Saudi telah meyakinkan akan memproduksi minyak lebih banyak.
Lebih lanjut, beberapa analis memperkirakan harga minyak dunia akan naik kembali sebelum akhir tahun.*
[]bazm-13
sumber: cnnindonesia.com
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Rabu 15 Mei 2024
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Berita Terkini
Sabtu 18 Mei 2024, 19:28 WIB
Ketua DPC PJS Kota Palembang Soroti Pembangunan Terminal Batubara Kramasan
Sabtu 18 Mei 2024, 18:10 WIB
Pernyataan Wan Abu Bakar Berpotensi Primordialisme, Tokoh Riau Edy Natar Nasution Angkat Bicara
Jumat 17 Mei 2024, 22:20 WIB
Dinkes Siak dan Apkesmi Gelar Webinar, Perkenalkan Program ILP
Jumat 17 Mei 2024, 10:57 WIB
Mahasiswa Hukum UIR Raih Best Speaker di Kontes Duta Wisata Riau 2024
Jumat 17 Mei 2024, 10:53 WIB
UIR Terima Bantuan Dana Pendidikan Sebesar Rp 70 Juta dari Bank Syariah Indonesia
Jumat 17 Mei 2024, 10:48 WIB
Viral! Beredar video Harimau Mati Tertabrak Mobil di Tol Permai, Ternyata Begini Faktanya
Jumat 17 Mei 2024, 10:41 WIB
Kisah Kontroversial Pemanggilan Pejabat Eselon 2 di Pemprov Riau: dari Spekulasi hingga Tersangka
Kamis 16 Mei 2024, 13:18 WIB
Tuhan Sedang Menyapa Kita
Kamis 16 Mei 2024, 07:57 WIB
Konsistensi Syamsuar Dipertanyakan: Dulu Tidak Maju, Sekarang Maju, Harris pun Merasa Tertipu?
Rabu 15 Mei 2024, 15:08 WIB
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024