Sabtu, 27 Juli 2024

Breaking News

  • Ketua Umum FKPMR dan PPMR Dipanggil Polda Riau, Ini Respon Keras Fauzi Kadir dan Robert Hendrico   ●   
  • Pemprov Siapkan Bonus Rp40 M Untuk Atlet Peraih Medali PON XXI Aceh-Sumut   ●   
  • Pj Gubri Usulkan Erisman Yahya Jadi Calon Pj Bupati Inhil   ●   
  • BMKG: 45 Hotspot Terdeteksi di Riau, Rokan Hilir Terbanyak   ●   
  • Tokoh FKPMR & PPMR Gercep Antarkan Langsung Aspirasi Rakyat Riau ke 3 Parpol ke Episentrum Kekuasaan Jakarta   ●   
OPINI
Kecanduan Kekuasaan
Selasa 14 Mei 2024, 23:11 WIB
Ilustrasi

Oleh Retno Triani Soekonjono

 

Abraham Lincoln berkata, “Hampir semua orang dapat menghadapi kesulitan, tetapi jika Anda ingin menguji karakter seseorang, berikan dia kekuasaan.”

Pemimpin yang baik harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk menyampaikan visi mereka dengan meyakinkan. Mereka juga harus memiliki etika moral dan menjadi panutan dalam melaksanakan prinsip-prinsip etika.
Seorang pemimpin juga harus tahu bagaimana mengambil keputusan yang tepat di saat yang tepat dan berpikir cepat di saat krisis.

Pemimpin yang bertanggung jawab dan berpandangan jauh ke depan juga tahu bagaimana mendelegasikan tanggung jawab dan tugas, dengan tujuan memberdayakan orang lain dan merencanakan suksesi.
Namun hal ini tidak berarti bahwa seorang prmimpin harus membangun dinasti untuk mempertahankan kekuasaannya.

Dr. Andrew Mohanraj, (a consultant psychiatrist and Malaysian Mental Health Association president), dalam tulisannya yang berjudul “ Power can be addictive for politicians” (13/12/2022), mengatakan :

Kekuasaan itu memabukkan. Keinginan untuk mengontrol orang lain melepaskan dopamin, neurotransmitter perasaan senang, dalam jalur penghargaan yang sama di otak yang berfungsi dalam kecanduan. Itulah sebabnya begitu seseorang merasakan kekuasaan, sering kali sulit untuk melepaskannya, terutama ketika sifat narsistik sudah meresap ke dalam dirinya.

Aliran dopamin ini dapat memberikan beberapa manfaat. Hal ini dapat meningkatkan fungsi kognitif dan membuat pemimpin menjadi tajam dan waspada, dan juga memberi mereka keberanian yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin yang tangguh. Namun hal ini juga dapat menyebabkan penilaian yang buruk, narsisme, dan kebrutalan.

Kekuatan absolut dapat menyebabkan pelepasan dopamin tingkat tinggi yang dapat menyebabkan paranoia. Hal serupa terjadi pada Adolf Hitler pada Perang Dunia II. Beberapa orang mungkin berpikir kepemimpinan mereka adalah tugas ilahi.

Kecanduan tidak terbatas pada kelompok umur tertentu namun kerentanan yang ditimbulkannya mungkin berbeda pada kelompok usia muda dan orang dewasa.
Jika menyangkut kehilangan kekuasaan atau status, orang dewasa lebih rentan dalam konteks kekuasaan menjadi kecanduan. Itu yang banyak dialami oleh para pemimpin atau pemegang kekuasaan.

Seseorang yang memiliki posisi sebagai pemegang otoritas dan memegang kekuatan absolut juga mengalami godaan terus-menerus untuk menyalahgunakan posisinya atau melakukan praktik korupsi untuk memperkaya diri sendiri dan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan.

Ahli lain mengatakan bahwa bagi kebanyakan orang, kekuasaan berarti memiliki kendali. Dengan demikian dapat ditarik hipothesis bahwa mereka yang memperjuangkan kekuasaan sedang mencoba mengatasi perasaan tidak berdaya.
Ini adalah cara mereka mengimbangi perasaan tidak aman, tidak mampu, lemah, takut, dan tidak dicintai.
Keinginan untuk berkuasa atas orang lain sering kali merupakan kelemahan yang disamarkan sebagai kekuatan.

Namun Kita harus menyadari bahwa kekuasaan itu seringkali sangat memukau namun sekaligus merusak. Sejarah dunia penuh dengan pecandu kekuasaan yang akhirnya menghancurkan diri mereka sendiri. Untuk memuaskan kecanduan akan kekuasaan, banyak pemimpin bersedia melakukan kompromi bahkan mempermainkan hukum, yang kemungkinan besar akan mereka sesali di kemudian hari, saat mereka tidak memiliki kekuatan lagi.

Rakyat Indonesia tampaknya juga memiliki pengalaman dipimpin oleh penguasa tertinggi yang haus akan kekuasaan.
Beberapa pemimpin Indonesia cocok dengan profil ini.
Di antara mereka ada yang diabaikan, menderita atau tidak berdaya karena kemiskinan ketika mereka masih muda.
Hal ini akan menjadi lebih parah dengan ciri kepribadian Narsisme, Machiavellianisme atau Psikopati yang kemungkinan mereka miliki.
Upaya mereka untuk mendominasi dan melanggengkan kekuasaan dapat dipandang sebagai cara mereka memastikan bahwa mereka beserta keluarganya turun temurun tidak akan pernah mengalami situasi rentan dan menyedihkan seperti dahulu lagi.

“ Kekuasaan bisa sangat membuat ketagihan, dan bisa bersifat korosif. Dan penting bagi media untuk meminta pertanggungjawaban orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaannya, baik di sini maupun di tempat lain.”
George HW Bush
(Presiden Amerika Serikat ke 41)


Penulis adalah seorang Psikolog




Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top