Pekanbaru, Berazam.com : Beberapa nama kini disebut-sebut bakal meramaikan bursa Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) 2024 yang bakal digelar beberapa bulan ke depan. Bahkan tiga nama diantaranya merupakan Caleg terpilih untuk duduk di parlemen pusat. Ada Abdul Wahid dari PKB, Syamsuar dari Golkar, dan Syahrul Aldi dari PKS.
Apakah mereka yang terpilih ini akan siap mundur melepas kursi yang sudah diraih untuk kemudian kembali berjuang memperebutkan kursi Gubernur masih menjadi tanda tanya. Bahkan, pengamat politik Riau, Saiman Pakpahan belum bisa diprediksi soal itu.
"Terkait tiga nama yang kini tercatat sebagai Caleg terpilih, saya kira sulit untuk memprediksi apakah mereka berani melepas keterpilihannya untuk kemudian bertarung memperebutkan kursi Gubernur," ucap Saiman kepada media ini, Selasa malam (5/3/2024).
Pun begitu, Saiman menilai kalau tiga nama tersebut telah memiliki basis massa yang kuat. Ini dibuktikan dengan keterpilihan mereka di pemilu legislatif kemarin.
"Ketiga nama ini menurut saya sangat berpotensi untuk bisa bersaing di Pilgubri mendatang. Syamsuar misalnya, saya lihat memiliki surplus politik dari kapasitasnya sebagai mantan incumbent. Namanya sudah familiar di tengah masyarakat Riau, dan ini akan menjadi pertimbangan dia untuk memutuskan untuk maju dan melepas kursinya di DPR atau tidak," ulas Saiman.
Kemudian ada Syahrul Aidi Maazat dari PKS. Saiman menilai, jika dilihat dari perolehan suaranya pada pileg kemarin, ia memiliki peluang yang juga besar. Keunggulannya ada pada basis massa yang militan. Pun begitu, semua tergantung dari partai yang akan mengusungnya. Dia tidak bisa memutuskan sendiri tanpa ada rekom dari partai.
Kemudian Abdul Wahid. Saiman juga melihat ini sangat berpotensi untuk bisa ikut Pilgubti. Dilihat dari perolehan suaranya pada pileg kemarin, capaian suaranya cukup signifikan.
Artinya, ucap Saiman lagi, mereka ini sudah punya basis pemilih sendiri yang sangat banyak.
"Terkait Wahid, saya melihat dia pintar menjaga ritme politik. Dan yang lebih menguatkan dia lagi, Wahid punya relasi dengan kekuasaan di level lokal. Hal ini akan memudahkan dia dalam melakukan komunikasi politik," ucapnya.
Namun, ucap Saiman, kalau ditanya apakah mereka ini berani melepas kursinya di parlemen, jawabnya bisa ia bisa tidak.
"Kita baru bisa melihat sikap mereka beberapa bulan ke depan. Menurut saya, mereka ini sekarang masih wait and see terkait kekuatan politik untuk maju atau tidak di Pilgub mendatang," pungkasnya.
Sementara, tokoh lain di luar nama-nama yang tidak terpilih di parlemen dan tidak bersentuhan dengan kontestasi Pileg menurut Saiman tentu tak ada beban bagi mereka untuk maju di Pilgubri. Seperti Edy Natar Nasution.
Masalahnya, adalah kendaraan politik. "Saya melihat ada problem di tataran partai. Kendati demikian soal peluang semua sama," tandasnya.
Begitu juga dengan Syamsurizal anggota DPR RI 2019-2024 dan mantan bupati Bengkalis dua periode yang dalam Pileg 2024 kali ini dipastikan gagal ke Senayan. Tentu saja ada problem di partai politik yang akan mengusungnya. Selain itu juga, kata Saiman kapasitas Syamsurizal sebagai bupati Bengkalis dua periode pun sudah beberapa tahun lalu yang memungkinkan hilangnya ingatan publik.
Premis yang diungkapkan Saiman ini dilatari oleh putusan MK yang menurutnya sudah terang benderang yang menyebut pelaksanaan Pilkada pada November, sedangkan penetapan calon Gubernur di bulan September, sementara pelantikan Caleg terpilih pada Oktober 2024.
Artinya begitu masuk calon Gubernur dia 'disingkirkan' dari orang yang akan dilantik sebagai anggota DPR . "Logicnya begitu kalau ingin mengimplementasikan kerangka hukum putusan MK. Semua terdampak dari kebijakan Pilkada serentak November," katanya.
Laporan: Alvi
Editor : Yanto Budiman