Tanjung Bakau Desa Topang, berazamcom -Hutan bakau seluas 50 hektare yang tumbuh di Desa Topang, Pulau Topang, sejak ditanam pada tahun 2007, menjadi pertahanan alam terakhir bagi masyarakat desa ini. Fungsinya sebagai filter untuk lahan persawahan padi di bawahnya sangat vital, mengingat Pulau Topang yang dikelilingi oleh laut rentan terhadap abrasi.
Pak Syamsuharto, yang menjabat sebagai kepala desa sejak tahun 2009 hingga kini, menyampaikan kekhawatiran masyarakat terhadap terus-menerusnya abrasi yang mengancam Pulau Topang. Dengan perbatasan langsung ke Kabupaten Pelalawan, Kepulauan Riau, Tanjung Samak, dan Kabupaten Meranti, Pulau Topang menjadi sebuah pulau bulat yang rentan terhadap dampak abrasinya.
"Bakau selama ini dijaga dengan baik oleh masyarakat, tanpa adanya penebangan liar. Harapan besar mereka tertuju pada pemerintah untuk menyediakan pemecah ombak yang dapat melindungi bakau ini. Kekuatan desa terbatas, dan dengan luas bakau yang mencapai 50 hektare, masyarakat berharap adanya dukungan pemerintah untuk mencegah abrasi lebih lanjut," ungkap Syamsuharto kepada berazamcom beberapa waktu lalu.
Kepala Desa Topang, Syamsuharto
Selain itu, masyarakat Desa Topang berharap bakau ini dapat dimanfaatkan sebagai potensi wisata mangrove. Dengan keindahan alamnya, bakau selama ini menjadi filter bagi masyarakat menanam padi di bawahnya.
Dengan dorongan dari kepala desa, Pak Syamsuharto, dan harapan besar kepada pemerintah, masyarakat mengajak para pengusaha dan pencinta alam untuk menjadikan Desa Topang sebagai destinasi wisata mangrove yang potensial.
Semua ini diharapkan tidak hanya sebagai upaya menjaga lingkungan, tetapi juga sebagai langkah menuju pengakuan Pulau Topang sebagai ikon bagi Kabupaten Kepulauan Meranti.
Laporan: Nurul
Editor : Yanto Budiman