Selasa, 7 Mei 2024

Breaking News

  • Mahasiswa Indonesia Belajar Logistik Kebencanaan ke Pakar di Jepang   ●   
  • Damkar Kota Pekanbaru Dapat Tambahan Bantuan Dua Unit Mobil Pemadam   ●   
  • Dibuka Presiden Jokowi, Pj Gubernur Riau Hadiri Musrenbangnas 2024   ●   
  • Balon Gubri Edy Natar Nasution Serahkan Formulir ke DPW PKB: Membangun Komunikasi Politik yang Solid   ●   
  • Mantan Gubernur Riau Edy Natar Nasution Terima Dukungan Penuh dari Marga Butar Butar untuk Maju di Pilgubri 2024   ●   
OPINI YANTO BUDIMAN
Gibran, Menepuk Air Dalam Debat Terpercik Muka Sendiri
Senin 25 Desember 2023, 08:56 WIB
Yanto Budiman

Debat Cawapres yang disiarkan langsung oleh sejumlah televisi nasional pada hari Jumat 22 Desember lalu memunculkan perdebatan di ranah publik. Pemicunya adalah gara gara Cawapres no urut 2 Gibran Rakabuming Raka yang tak lain adalah putra sulung Presiden Jokowi. Walikota Solo yang baru menjabat dua tahun itu menjadi bahan olok-olok an di media sosial maupun media mainstream karena pertanyaan yang dia ajukan kepada dua cawapres lainnya dinilai sebagai penjebakan. Meskipun banyak yang memuji penampilan nya namun tidak sedikit pula yang mencibir dan menyinyir.

Untuk mengulasnya lebih tajam inilah Opini Yanto Budiman dari berazamcom

Debat politik adalah forum penting yang dirancang untuk para calon pemimpin negara memaparkan wawasan, pandangan, dan rencana mereka kepada masyarakat. Debat ini juga memberikan kesempatan bagi pemilih untuk mengevaluasi kualitas dan kepemimpinan dari para calon yang ingin mereka pilih.

Namun, dalam debat antara para Calon Wakil Presiden pada 22 Desember 2023 lalu muncul sebuah insiden yang menimbulkan polemik dan pertanyaan mengenai etika dan kecakapan seorang calon pemimpin nasional.

Pada debat tersebut, Gibran Rakabuming, Cawapres yang juga putra Presiden Joko Widodo, memilih untuk menggunakan pertanyaan singkatan SGIE sebagai cara untuk menjebak lawannya, Cak Imin. Pertanyaan tersebut mengacu pada isu ekonomi berbasis syariah yang diharapkan menciptakan keterlemparan bagi lawan debat untuk merespon dengan informasi terbatas dan tergesa-gesa. Namun, pertanyaan semacam itu justru menunjukkan ketidakstabilan emosi dan intelektual dari seorang calon pemimpin nasional.

Menjabat sebagai seorang pemimpin nasional membutuhkan kemampuan untuk berbicara secara jelas, lugas, dan persuasif. Singkatan dan istilah yang rumit hanya akan membingungkan masyarakat dan mencerminkan kekurangan komunikasi yang efektif. Seorang pemimpin harus mampu mengungkapkan visi dan gagasannya dengan jelas dan dapat dipahami oleh semua kalangan masyarakat, tanpa harus mengandalkan singkatan yang hanya dikenal oleh sebagian kecil orang.

Selain itu, pertanyaan semacam itu juga memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Seorang pemimpin harus memiliki kestabilan emosi yang baik untuk tetap tenang dan terkendali dalam situasi yang menegangkan atau penuh tekanan. Dalam debat politik, penting bagi seorang calon pemimpin untuk tetap terfokus pada topik dan isu yang dibahas, dan tidak terpancing oleh emosi atau mencoba menjebak lawan debat. Hal ini mencerminkan kepemimpinan yang kuat dan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan bijaksana.

Selain itu, penggunaan singkatan dan pertanyaan yang mengandung penjebakan juga menyingkirkan fokus dari substansi isu yang sebenarnya. Debat politik seharusnya digunakan sebagai kesempatan untuk membahas rencana dan solusi yang akan diimplementasikan oleh calon pemimpin, bukan untuk mengejar sensasi atau menciptakan situasi yang membingungkan. Penggunaan strategi semacam itu hanya akan menutupi kelemahan dan ketidakmampuan seorang calon untuk berbicara secara terbuka dan berjiwa besar.

Sebagai seorang calon pemimpin nasional, mengunggulkan kelas, kebijaksanaan, dan intelektualitas yang tinggi adalah hal yang penting. Artinya, seorang calon pemimpin harus mampu mengkomunikasikan pandangannya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh rakyat, dan tidak terjebak dalam pergumulan intelektual yang hanya membingungkan atau menciptakan kekacauan. Sebaiknya, seorang calon pemimpin menunjukkan keahliannya dalam memberikan solusi konkret dan visi yang jelas, daripada bermain dengan pertanyaan atau singkatan yang tidak relevan dan hanya menunjukkan kurangnya integritas personal dan keahlian kepemimpinan.

Dalam rangka membangun negara yang kuat dan kemajuan yang berkelanjutan, para pemimpin nasional harus meletakkan dasar-dasar kepercayaan, kejujuran, dan transparansi dalam setiap aspek kehidupan mereka. Ketika pertanyaan-pertanyaan yang rumit dan penjebakan digunakan dalam debat politik, ini menciptakan kesan bahwa para pemimpin tersebut tidak sepenuhnya transparan dan mungkin memiliki agenda tersembunyi yang harus diwaspadai oleh masyarakat.

Dalam konteks ini kejujuran Muhaimin Iskandar yang secara elegan mengaku tidak paham apa itu SGIE patut kita apresiasi. Dan jujur saya katakan begitu mendengar istilah singkatan tersebut Saya juga langsung searching di google.

Ternyata SGIE merupakan singkatan dari State of the Global Islamic Economy. Ini adalah sebuah laporan tahunan mengenai ekonomi halal dunia yang disusun dan dipublikasikan oleh Dinar Standard. SGIE ini sudah diproduksi sampai edisi ke-9.

Dikutip dari laman resminya, DinarStandard™ adalah perusahaan riset strategi pertumbuhan dan manajemen eksekusi yang memberdayakan organisasi untuk mencapai dampak global yang menguntungkan dan bertanggung jawab.

Spesialisasi DinarStandard meliputi inovasi pemerintah, ekonomi halal/etis global, dan ruang dampak sosial. Sejak tahun 2008, perusahaan telah mendukung lebih dari 30 entitas pemerintah, lembaga investasi, pemimpin industri, dan lembaga multilateral di lebih dari 12 negara.

Tidak hanya Cak Imin yang kena "kerjain". Mahfud MD juga dijebak dengan pertanyaan soal regulasi Carbon Capture Storage (CCS) yang juga disebut Carbon Capture and Sequestration. Ini adalah istilah untuk menyebut teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon.

Namun berbeda dengan Cak Imin, Mahfud yang kelihatan seperti bingung  tapi tidak mau menanyakan kembali apa itu CCS. Di titik ini Mahfud agaknya tidak ingin publik mengendus kelemahan nya. Dia menjawab secara pengetahuan hukum yang memang menjadi modal utama nya.

Sebagai calon pemimpin nasional, sebaiknya Gibran Rakabuming berbicara dengan cara yang berkelas dan menunjukkan integritas pribadi dan keahlian kepemimpinan yang mumpuni. Menggunakan pertanyaan yang mengandung singkatan dan dalam rangka menjebak lawan debat hanya mencerminkan ketidakstabilan emosi dan intelektualitas, serta menunjukkan kurangnya keseriusan dalam memahami isu-isu yang dibahas. Calon pemimpin harus mampu menunjukkan kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan berpikir yang tajam, dan fokus pada solusi konkret untuk masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Hanya dengan demikian, mereka dapat memperoleh kepercayaan dan dukungan dari masyarakat untuk memimpin negara ini ke arah yang lebih baik.

Bukan malah dapat pujian dari banyak netizen tapi cara Gibran berdebat justru mempermalukan dirinya sendiri seperti kata pepatah "Menepuk Air Dalam Debat Terpercik Muka Sendiri". Hahaha!

 


Penulis Wartawan Senior/Pemred bersimpai.com/WPU berazamcom/Ketua Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Riau




Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top