Selasa, 7 Mei 2024

Breaking News

  • Mahasiswa Indonesia Belajar Logistik Kebencanaan ke Pakar di Jepang   ●   
  • Damkar Kota Pekanbaru Dapat Tambahan Bantuan Dua Unit Mobil Pemadam   ●   
  • Dibuka Presiden Jokowi, Pj Gubernur Riau Hadiri Musrenbangnas 2024   ●   
  • Balon Gubri Edy Natar Nasution Serahkan Formulir ke DPW PKB: Membangun Komunikasi Politik yang Solid   ●   
  • Mantan Gubernur Riau Edy Natar Nasution Terima Dukungan Penuh dari Marga Butar Butar untuk Maju di Pilgubri 2024   ●   
CATATAN YANTO BUDIMAN (Bagian Kedua Debat Capres dan Cawapres )
Gibran Meniru Gaya Jokowi, Mahfud dan Muhaimin Tampil Elegan dan Substantif
Sabtu 23 Desember 2023, 08:47 WIB

Debat cawapres yang berlangsung pada tanggal 22 Desember 2023 merupakan momen di mana kita melihat bahwa Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden nomor urut 2, mencoba meniru gaya ayahnya, Presiden Joko Widodo, dengan memberikan pertanyaan jebakan kepada lawannya. Namun, ada beberapa perbedaan yang mencolok antara kedua poltikus ini.

Salah satu hal yang mencolok adalah bahwa pertanyaan yang diajukan oleh Gibran cenderung tidak substansial dan terlalu fokus pada istilah-istilah yang mungkin tidak relevan dalam konteks debat tersebut. Sebagai contoh, ketika Gibran bertanya mengenai State of the Global Islamic Economy (SGIE) kepada Muhaimin Iskandar, calon wakil presiden nomor urut 1, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Hal ini membuat Muhaimin mengaku tidak mengetahuinya dan memberikan kesempatan bagi Gibran untuk menunjukkan pengetahuan yang lebih dalam tentang terminologi tersebut.

Namun, terdapat keraguan mengenai kepentingan penggunaan istilah-istilah singkatan ini dalam debat yang seharusnya membahas tema ekonomi, keuangan, dan infrastruktur secara lebih substansial. Penggunaan istilah-istilah tersebut terkesan hanya untuk menjebak lawan dan menunjukkan superioritas intelektual, tanpa memberikan kontribusi yang signifikan pada substansi dari topik yang dibahas.

Pola perilaku ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam politik Indonesia. Dalam debat presiden tahun 2014, Joko Widodo juga menggunakan taktik serupa dengan memberikan pertanyaan mengenai Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) kepada Prabowo Subianto tanpa penjelasan lebih lanjut. Hal ini menunjukkan adanya pola yang sama antara Jokowi dan Gibran dalam upaya mereka untuk menjebak lawan dengan pertanyaan tidak substansial.

Dalam konteks debat cawapres ini, tema yang diangkat mencakup isu-isu yang berkaitan dengan ekonomi, keuangan, investasi, dan infrastruktur secara nasional. Meskipun Gibran memiliki pengalaman sebagai walikota di Solo, perhatian yang terlalu fokus pada level lokal dapat mengesampingkan isu-isu nasional yang seharusnya menjadi fokus utama dalam debat tersebut. Sebaliknya, Mahfud dan Muhaimin mampu menghadirkan pemahaman yang lebih luas mengenai isu-isu nasional dan memberikan kontribusi substantif dalam debat.

Dalam perspektif politik, taktik memancing lawan dengan pertanyaan tidak substansial mungkin dapat memberikan keuntungan taktis dalam debat singkat, namun tidak memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan wawasan dan pemahaman publik terhadap isu-isu penting yang sedang dibahas. Lebih baik jika calon wakil presiden fokus pada pemahaman yang mendalam tentang topik yang dibahas dan memberikan ide dan gagasan yang relevan serta solusi bagi permasalahan yang ada dalam konteks nasional.

Untuk menghindari kejadian serupa dalam debat berikutnya, perlu bagi penyelenggara debat untuk mengubah format dengan memberikan kewenangan kepada moderator untuk mengelaborasi atau memperjelas pertanyaan yang berpotensi menjebak sebelum dijawab oleh cawapres yang ditanyakan. Hal ini penting agar debat tidak menimbulkan persepsi atau spekulasi di kalangan publik hanya karena penggunaan istilah singkatan yang membingungkan. Publik pasti mengharapkan adanya pemahaman yang lebih mendalam mengenai isu-isu yang dibahas dan ide-ide serta gagasan yang relevan dengan tema yang ada.

Penulis Wartawan Senior/ Pemred bersimpai.com/WPU berazamcom/Ketua Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Riau




Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top