Dalam suasana politik yang semakin memanas menjelang Pilpres 2024, terdapat wacana gerakan satu putaran yang diusung oleh kubu Prabowo-Gibran Rakabuming Raka. Namun, banyak pihak yang meragukan motivasi sebenarnya dari gerakan ini. Banyak yang berpendapat bahwa gerakan satu putaran ini hanyalah sebuah gimik politik yang bertujuan untuk menggiring opini publik dan memanipulasi pemikiran rakyat.

Alasan-alasan yang digunakan oleh kubu Prabowo-Gibran untuk mengusung gerakan satu putaran ini, seperti pengiritan anggaran dan menghindari polarisasi, nampaknya hanya alasan-alasan yang dipasang secara strategis untuk menarik perhatian dan memberikan kesan positif kepada publik. Namun, sebenarnya, gerakan ini mungkin hanya dimaksudkan untuk mencapai keuntungan elektoral mereka sendiri.

Selain itu, adanya hasil survei yang menunjukkan tingginya elektabilitas Prabowo-Gibran juga dianggap sebagai alat penggiringan opini. Hasil survei tersebut mungkin hanya digunakan untuk meyakinkan partai-partai koalisi bahwa kemenangan dalam satu putaran memungkinkan, sehingga partai-partai tersebut tidak jemawa dan tetap bekerja keras untuk memenangkan pasangan ini.

Tidak hanya itu, kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD juga mengingatkan agar tidak terjadi kecurangan dalam Pilpres 2024. Mereka menyatakan keprihatinan bahwa kecurangan tidak akan membawa keberkahan dan bahwa Indonesia tidak akan maju jika dipimpin oleh pemerintahan yang memperoleh kemenangan dengan cara curang. Hal ini tentu saja menciptakan keraguan terhadap gerakan satu putaran yang diusung oleh kubu Prabowo-Gibran.

Di sisi lain, kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar juga menyoroti masalah netralitas aparat dalam pilpres mendatang. Mereka merasa bahwa ada indikasi ketidaknetralan aparat dalam pemilu yang telah dirasakan oleh masyarakat di beberapa daerah. Meskipun mereka tidak mengungkap secara rinci, pernyataan ini juga menimbulkan rasa curiga terhadap pelaksanaan pilpres nantinya.

Dari serangkaian pernyataan dan tindakan dari ketiga kubu tersebut, terlihat jelas bagaimana masing-masing berusaha menciptakan citra positif bagi diri mereka sendiri dan menciptakan keraguan terhadap kubu lawan.

Gerakan satu putaran yang diusung oleh kubu Prabowo-Gibran dinilai sebagai strategi politik yang hanya bertujuan untuk mempengaruhi opini publik dan memperdaya rakyat.

Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus tetap waspada terhadap upaya-upaya manipulasi dan mencari informasi yang lebih objektif sebelum memutuskan pilihan politik kita.

Selain itu, gerakan satu putaran ini bisa dipandang sebagai tanda ketakutan akan kekalahan dalam Pilpres nanti. Atau bisa juga dianggap sebagai ambisi yang berlebihan untuk meraih kekuasaan. Meskipun dalam ajaran Islam, ada sebuah pesan yang mengatakan "barang siapa yang terlalu berambisi untuk meraih kekuasaan, janganlah memilihnya".

Pesan ini seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi Paslon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 2. Sebagai umat beragama, kita semua meyakini bahwa siapa yang akan memimpin negara ini lima tahun ke depan sudah ditentukan oleh Tuhan. Seorang calon pemimpin tidak boleh sombong. Bisa jadi gerakan satu putaran tersebut berakhir dengan keberpihakan pada Paslon nomor satu atau nomor tiga.

Oleh Yanto Budiman, Wartawan Senior dan Pembuat Keputusan di bersimpai.com, WPU berazam.com, dan Ketua Pro Jurnalis Media Siber (PJS) Riau.