Jakarta, berazamcom - Seorang warga mengungkap kesaksian memilukan kala dirinya mendengar jeritan korban gempa Turki yang terjebak reruntuhan.
Deniz, warga Provinsi Hatay, mengaku mendengar suara perempuan menjerit meminta pertolongan di bawah tumpukan puing bangunan di wilayah tersebut.
"Mereka menjerit tapi tak ada yang datang," kata Deniz, seperti dikutip The Straits Times, Selasa (7/2).
Dilansir dari CNNIndonesia.com, Deniz mengatakan dirinya tak mampu menolong sang korban lantaran tak ada siapa pun saat itu.
"Kami hancur, kami hancur. Ya Tuhan. Mereka meminta tolong. Mereka mengatakan 'selamatkan kami', tapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Bagaimana kami akan menyelamatkan mereka? Tidak ada siapa-siapa sejak pagi," ujar Deniz menangis.
Saat gempa bumi terjadi, suhu di wilayah itu juga sangat rendah hingga mendekati titik beku. Kondisi itu sangat buruk bagi mereka yang terperangkap di bawah reruntuhan maupun yang kehilangan tempat tinggal.
Di Kahramanmaras, bagian utara Hatay, seluruh keluarga sampai berkumpul di sekitar api unggun dan menyelimuti diri dengan selimut agar tetap hangat.
"Kami hampir tidak bisa keluar rumah," kata Neset Guler yang berkerumun di sekitar api bersama keempat anaknya.
"Situasi kami adalah bencana. Kami lapar, kami haus. Itu menyengsarakan."
Profesor Mikdat Kadioglu dari departemen meteorologi dan manajemen bencana di Universitas Teknik Istanbul mengatakan gempa bumi ini berpacu dengan waktu dan (potensi) hipotermia.
Sebab gempa itu terjadi pada pukul 04.17 dini hari waktu setempat kala orang-orang terlelap dan dalam kondisi tak siap.
"Orang-orang hanya mengenakan pakaian tidur dan berada di bawah reruntuhan selama 17 jam," ujarnya.
Gempa berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang Turki pada Senin (6/2) itu sendiri merupakan yang terbesar yang tercatat di seluruh dunia oleh Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
USGS menyebut gempa Turki itu yang terbesar sejak guncangan menghantam Atlantik Selatan pada Agustus 2021.
Gempa itu juga disebut sebagai yang terbesar dalam 100 tahun terakhir di Turki sejak 1939. Kala itu, gempa berkekuatan M 7,8 melanda Provinsi Erzincan timur dan menewaskan hampir 33 ribu jiwa.
Gempa yang terjadi setidaknya 100 kali tersebut sedikitnya telah menewaskan 5.021 jiwa di Turki dan Suriah. Rinciannya, 3.419 orang di Turki dan 1.602 orang di Suriah.
Baik pihak berwenang Turki dan Suriah memprediksi korban tewas masih dapat bertambah lantaran proses pencarian orang hilang di bawah reruntuhan gedung dan bangunan masih terus dilakukan.
Proses evakuasi dan pencarian pun masih dilakukan meski terhambat badai salju musim dingin yang menutupi jalanan dengan es.