Survei Indo Barometer yang menempatkan Gibran Rakabuming Raka sebagai kandidat Cawapres yang paling dianggap intelektual dibandingkan dengan Mahmud MD dan Muhaimin Iskandar menuai keraguan dan perlu dipertanyakan. Survei ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden percaya bahwa Gibran memiliki kualitas intelektual yang lebih tinggi dibandingkan kedua calon lainnya, yakni Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar.
Dicuplik dari kanal podcast FNN Hersubeno Arif, pengamat politik Rocky Gerung justru heran, bingung, dan mempertanyakan serta meragukan hasil survei ini. Ia malah mengatakan yang perlu disurvei itu adalah intelektual yang melakukan survei. Bahkan secara terang-terangan RG menyebut lembaga survei Indo Barometer itu bayaran. Hahaha!
Namun, penting untuk dicatat bahwa survei ini hanya mencerminkan persepsi dan pandangan publik. Keabsahan, obyektivitas, dan metodologi survei juga dapat dipertanyakan. Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode multistage random sampling dan melibatkan jumlah sampel yang terbatas. Selain itu, margin of error survei mencapai 2,79 persen, yang bisa membuat data menjadi kurang akurat.
Kualitas intelektual seseorang tidak dapat sepenuhnya diukur dengan angka atau persentase. Ini melibatkan berbagai aspek seperti pengetahuan, pemahaman, keterampilan analitis, dan kecerdasan, yang tidak dapat direduksi menjadi angka statistik. Selain itu, intelektualitas hanya salah satu dari banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih pemimpin.
Penting bagi pemilih untuk melihat lebih dari sekadar aspek intelektualitas ketika memilih calon pemimpin. Pengalaman, kompetensi, integritas, kepemimpinan, serta program dan visi mereka juga harus menjadi pertimbangan utama. Semua kandidat yang ingin mencalonkan diri untuk jabatan publik harus dapat membuktikan kemampuan mereka dalam mengatasi masalah nyata yang dihadapi bangsa dan masyarakat.
Selain itu, pengaruh keluarga atau basis dukungan politik juga dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap capaian intelektual seseorang. Kandidat seperti Gibran, yang merupakan putra sulung dari Presiden Joko Widodo, mungkin mendapatkan keuntungan dari citra keluarganya dan dukungan politik yang kuat, yang kemudian dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap kualitas intelektualnya.
Dalam demokrasi, pemilihan pemimpin harus didasarkan pada penilaian yang komprehensif dan kritis terhadap kualitas dan kepemimpinan calon. Survei pendapat dapat memberikan pandangan awal tentang preferensi dan opini masyarakat, namun pemilih harus melakukan penelitian mereka sendiri, membandingkan program, rekam jejak, dan kualitas calon sebelum membuat keputusan yang bijaksana.
Dalam Pilpres 2024 mendatang, penting bagi pemilih untuk meluangkan waktu dan usaha untuk mengenal calon-calon dengan baik, memahami visi mereka, dan mempertimbangkan kualitas kepemimpinan mereka, termasuk intelektualitas. Keputusan yang diambil dengan hati-hati dan berdasarkan informasi yang akurat merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa negara kita dipimpin oleh pemimpin yang mampu menghadapi tantangan masa depan secara efektif.
Penulis: Pemred bersimpai.com/WPU berazam.com/Ketua Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Riau