
Penulis berkesempatan mengikuti rombongan Korps Sukarelawan Palang Merah Indonesia Unit 03 Universitas Islam Riau berangkat ke Salo-Kampar untuk menghadiri sebuah undangan Api unggun pada malam puncak Didikan dan Latihan Dasar yang dilaksanakan oleh Korps Sukarelawan Palang Merah Indonesia Unit 04 Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Sabtu, 30 Desember 2019.
Penulis dan rombongan berkumpul di sekre tepatnya di gedung Program Kreativitas Mahasiswa Universitas Islam Riau (PKM UIR) pada pukul 15.00 WIB. Rombongan kami ada 7 orang yang akan berangkat menggunakan kendaraan roda dua.
Waktu telah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Selesai melaksanakan shalat Ashar kami pun bersiap-siap untuk berangkat.
Moge retro-klasik yang penulis tumpangi bergerak perlahan menelusuri jalanan, menembus kilauan raja jalan setelah rintikan hujan reda. Penulis mengintip dari belakang pengendara, lambaian pepohonan di sekeliling jalan seakan-akan setiap helai daun pada dahan pohon mengucapkan selamat jalan serta mendoakan keselamatan sepanjang perjalanan kami.
Setelah teguncang-guncang di atas kendaraan yang melaju di jalanan berliku menelusuri perbukitan, kendaraan akhirnya membawa kami berbelok ke kanan memasuki sebuah permukiman. Penulis melihat sebuah gerbang yang terbuat dari semen ditepian jalan bertuliskan “Selamat Datang di Desa Ganting”.
Desa Ganting, memang jarang bahkan hampir tidak pernah terdengar di telinga. Ganting adalah salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Riau. Siapa yang tidak mengenal Kampar? Kota yang di juluki Bumi Sarimadu ini memiliki banyak sekali objek wisata baik itu berupa peninggalan sejarahnya seperti candi muara takus, keindahan alamnya seperti Sungai Hijau, Ulu Kasok yang menurut desas-desus merupakan duplikat dari objek wisata Raja Ampat, dan masih banyak lagi objek wisata Kampar lainnya.
Berbicara tentang alam, di Kampar masih banyak terdapat lahan hijau yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berkebun dan bersawah. Ini terbukti ketika kami dalam perjalanan, di kiri dan kanan jalan kami disuguhkan dengan hijaunya pepohonan, hamparan padi disetiap hektar lahan, dan rumput-rumput yang bergoyang berirama dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Sugguh pemandangan yang teramat sangat menyegarkan. Mungkin inilah salah satu mengapa Kampar dilirik oleh KSR PMI Unit 04 UIN SUSKA Riau untuk dijadikan tempat melaksanakan DIKLATSAR.
Jembatan Tua
Dari Kejauhan penulis melihat sebuah gerbang jembatan yang berbahan dasar semen, semakin kendaraan kami mendekati gerbang jembatan tersebut semakin tampak jelas pula sebuah tulisan “Jembatan Tua” dari cat semprot pylox berwarna hitam. Jembatan itu memiliki pegangan yang terbuat dari lilitan besi yang sudah berwarna kecokelatan, dasar pijakan jembatan itu hanya ada sedikit besi sebagai penopang empat banjar papan yang disusun berongga. Panjang jembatan ini sekitar 600 meter dengan ketinggian kurang lebih 500 meter dari permukaan sungai. Jembatan ini sangat terlihat ekstream bagi kami yang baru pertama kali akan melewatinya.
Rasanya tidak ingin untuk melewati jembatan tersebut. Namun tidak ada pilihan lain, kami harus melewatinya untuk sampai ke kawasan bumi perkemahan DIKLATSAR KSR PMI Unit 04 UIN SUSKA Riau. Dengan perasaan yang tidak karuan, kami yg berstatus dibocengi turun dari kendaran dan berinisiatif untuk berjalan kaki, sedangkan yang lainnya masih tetap di atas kendaraan untuk mengendarainya hingga sampai ke seberang jembatan.
Langkah demi langkah kami jejaki, semakin jauh melangkah maka semakin kami merasakan suatu keanehan. Aneh dengan perasaan sendiri, saat itu kami merasa persepsi awal tentang jembatan ini salah, ternyata jembatannya sangat kokoh dan pemandangan disekitarnya sungguh indah. Air sungai yang tenang, dipinggiran sungai terlihat bapak-bapak yang sedang memancing ikan, anak-anak Desa yang sedang berlatih bela diri, dan lain sebagainya.
Saat langkah kaki hampir membawa kami ke sepertiga jembatan, dari arah belakang penulis mendengar suara menggeretek ketakutan memanggil namanya “kak Nurul.. tunggu kak.. jangan tinggalkan Azza.. Azza takut kak.. aaa, kak.. jembatannya goyang.. jangan tinggalkan Azza kak..” sontak penulis langsung melihat kebelakang, sekitar 5 langkah dibelakang, tampak sesosok wanita yang dikenal, dikira itu sebuah suara bisikan-bisikan negative yang tidak diharapkan, ternyata itu suara salah satu rombongan kami, Azza.
Setelah penulis tau itu adalah suara Azza, spontan langsung berbalik arah kebelakang dan langsung merangkul lengan tangan Azza serta disepanjang jalan jembatan tersebut berusaha untuk menenangkannya agar tidak merasa takut, meyakinkannya bahwa jembatan ini kokoh dan mengatakan bahwa “tenang Azza.. ada kak Nurul disini.. kalau pun jatuh kita akan jatuh sama-sama”. Hingga pada akhirnya kami sampai pada ujung tujuan dari perjalanan melintasi jembatan, dan kami pun bersamaan mengucapkan “Alhamdulillah”, lalu setelah itu spontan saling melirik satu dengan lainnya kemudian sedikit tertawa kecil.
Ketika sampai disana kami menunggu teman yang membawa kendaraan, karena mereka harus mengantri untuk menyeberang, saat satu kendaraan sudah ditengah jembatan maka kendaraan yang lain baru boleh menyusul, begitulah seterusnya guna untuk antisipasi agar jembatan tersebut tidak roboh dan rusak. Setelah beberapa saat semua kendaraan sudah berhasil menyeberang dan kami pun segera bergegas menuju bumi perkemahan.
Sepanjang jalan pada jembatan itu proses penyeberangan yang terjadi dominan dari satu arah saja, yaitu dari arah kedatangan kami. Sedangkan dari arah yang berlawanan jarang sekali ada kendaraan maupun masyarakat yang melintasi jembatan itu. Kalaupun ada itu hanya beberapa orang saja dan masih bisa kita hitung dengan jari yang melewati jembatan itu sehari atau per harinya.
Bumi Perkemahan
Setelah sekian lama berdrama dengan jembatan tua akhirnya kami berhasil melewatinya. kemudian perjalananpun akan segera kami lanjutkan. Sebelumnya kami melihat di sekeliling dan mencari tanda arah yang akan kami ikuti untuk memasuki kawasan perkemahan. Saat sedang asik mencari, dari arah bawah disamping jembatan terdengar suara kendaraan yang mendekat ke arah kami, suaranya semakin dekat dan semakin jelas. Tak berapa lama tampak di hadapan kami dua sosok laki-laki yang asing dengan mengenakan pakaian berlambang PMI menaiki kendaraan roda dua.
Laki-laki tersebut tepat berhenti di depan kendaraan kami, mereka menjabat tangan rombongan kami satu per satu dan memperkenalkan diri juga menyampaikan bahwa mereka adalah orang yang ditugaskan oleh KSR PMI Unit 04 UIN SUSKA Riau untuk menjemput kami dan menunjukkan arah ke lokasi bumi perkemahan agar kami tidak tersesat.
Perbincangan singkat pun telah usai. Kami langsung bergegas untuk melanjutkan perjalanan dengan di pimpin oleh dua orang tadi. Dikiri dan kanan jalan, pohon-pohon rimbun menyaksikan alur perjalanan kami. Kendaraan kami mulai melaju melewati jalan tanah liat setelah hujan yang membuat kendaraan kami tidak tampak keren lagi. Semakin mendekati bumi perkemahan, jalanan yang luas semakin menyempit, menyempit, dan mengecil hingga yang tampak terlihat hanya satu arah jalan dengan alur satu roda kendaraan.
Hampir sepuluh menit kami beradaptasi dengan jalanan tersebut, akhirnya kami melihat suatu lapangan luas dengan rumput-rumput hijau kombinasi cokelat hasil injakan-injakan sepatu. Hamparan tenda dengan berbagai bentuk dan variasi, di depannya terdapat suatu danau yang luas dengan air yang tenang, yang mampu menghipnotis diri, dan seperti terapi alami yang sanggup mengurangi rasa lelah perjalanan kami dengan hanya melihatnya saja. inilah yang dinamakan “Bumi Perkemahan”.
Saat baru saja kami selesai memarkirkan kendaraan, kami langsung disambut ramah dengan pihak panitia penyelenggara kegiatan DIKLATSAR KSR PMI Unit 04 UIN SUSKA Riau. Kami dijemput dan diarahkan ke tenda dapur umum. Dapur Umum atau biasa dikenal dengan DU, merupakan suatu tempat dimana istilah ini digunakan oleh PMI sebagai tempat untuk mempersiapkan segala bentuk makanan dan minuman.
Tenda DU yang berwarna biru tua seirama dengan langit saat itu, disana kami dihidangkan air teh hangat dan gorengan yang sangat enak ditaburi dengan sedikit dialog seputaran perjalanan kami hingga sampai ke Bumi Perkemahan. Di sudut kiri dapur umum tedapat rak piring yang terbuat dari bambu hijau sebesar lengan tangan yang sangat kreatif, didepan rak piring itu terdapat sebuah kompor dilengkapi dengan gas yang sedang digunakan oleh tiga orang kakak-kakak untuk memasak gorengan yang disajikan untuk kami.
Sedikit jauh dari tenda DU penulis melihat ada beberapa orang kakak-kakak yang sedang mengupas kulit jagung, memotong bawang, serta mempersiapkan segala keperluan memasak lainnya sambil berdiskusi ria. Dari kejauhan terlihat dua orang kakak-kakak yang berjalan sempoyongan dengan membawa satu wadah besar berisikan piring-piring bersih yang baru saja mereka cuci dipinggiran sungai. sungguh itu semua adalah pemandangan yang langka dimasa sekarang ini.
Api Unggun
Malam puncak suatu kegiatan lapangan tidak sempurna rasanya jika tanpa api unggun, apalagi malam terakhir pada bumi perkemahan DIKLATSAR. Begitulah kira-kira ungkapan yang sering terdengar oleh kedua telinga penulis. Sang primadona lapangan ini hampir saja tidak jadi menunjukkan pesonanya karena pada sore hingga malam hari bumi perkemahan yang kami tempati disapa oleh rintik-rintik hujan.
Meskipun sempat terguyur hujan, tetapi sang jago merah mampu menunjukkan pesonanya pada kami, walaupun hanya sebentar namun itu sudah cukup untuk menghangatkan tubuh dari sapaan hujan. Diiringi kehangatan unggun, teman-teman DIKLATSAR KSR PMI Unit 04 UIN SUSKA Riau menampilkan pertunjukan terbaik yang mereka miliki. Saat itu, diantara mereka ada yang bernyanyi, membaca puisi, bahkan juga berpantun. mereka sangat berbakat sehingga kami merasa terhibur juga suasana malam itu menjadi sangat bersahabat.
Pulang
Rasanya baru saja kami bertemu dan bercengkrama, kini kami harus berpisah karena rangkaian acara yang suguhkan pun telah usai. Kami akan kembali kerumah masing-masing dengan membawa pengalaman, wawasan, serta teman baru tentunya. Dengan adanya undangan kegiatan ini semoga tali silaturahmi dan persahabatan serta kekompakan KSR PMI se-Riau tetap terjalin baik.
Penulis: Wartawan berazam.com