Jakarta, berazamcom - Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melakukan integrasi bisnis tebu antara on farm dan off farm. Integrasi ini diklaim bisa menjaga keseimbangan Plant Cane dan Ratoon.
Menurut Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), M. Abdul Ghani, Integrasi antara on farm dan off farm memberikan beberapa keunggulan. Seperti standarisasi yang lebih baik dalam pengelolaan on farm baik secara teknis maupun non-teknis.
"Efisiensi biaya on farm yang lebih tinggi dengan skala pengerjaan yang tepat, peningkatan efisiensi rantai pasok dengan penjadwalan tebang, muat, angkut (TMA) yang diselaraskan, serta pemanfaatan nilai tambah produk samping secara menyeluruh," kata Ghani dalam rilisnya, (09/08).
Riza Mutiara pendiri pabrik oleochemical pertama di Indonesia mengatakan bahwa program tersebut hanya sampai pada produk gula konsumsi yang dijual di warung-warung. "Hanya sampai di gula kosumsi yang di jual di warung-warung dan kebutuhan rumah tangga," katanya kepada Indonesiawatch.id, (10/08).
Artinya, kata Riza, Holding PTPN III belum memiliki program untuk meningkatkan gula kosumsi menjadi ICUMSA 45. "Atau gula rafinasi untuk kebutuhan industri, sangat disayangkan" katanya.
Karena itu, ujar Riza, ini sama saja kita tetap membiarkan impor gula yang menyentuh 6 juta ton per tahun. "Tetap membiarkan import gula 6 juta ton per tahun dengan ICUMSA 300/raw brown sugar untuk diolah di kilang-kilang rafininasi milik swasta menjadi ICUMSA 45," katanya.
Riza justru mempertanyakan, mengapa Palm Co dan Sugar Co sejauh ini tidak langsung membuat gula rafinasi. "Kenapa PALM CO dan SUGAR CO tidak langsung juga buat gula rafinasi padahal tinggal tambah peralatan. Sangat sederhana, aneh ini" katanya.
Untuk mendapatkan gula yang lebih berkualitas, Dia menyarankan agar tidak menggiling tebu di musim hujan selama 3 bulan. Stop giling hanya di musim hujan 3 bulan karena tebu banyak kandungan air," pungkasnya. []