Jumat, 29 Maret 2024

Breaking News

  • CERI Pertanyakan Sikap Presiden Jokowi Soal Negosiasi 61 Persen Saham Freeport Alot   ●   
  • Mahasiswa Sulap Limbah Tahu dan Kotoran Sapi Jadi Biogas dalam Waktu Singkat   ●   
  • Berkah Ramadhan 1445 H, UIR Berbagi 1000 Paket Berbuka Kepada Mahasiswa   ●   
  • Jelang Idul Fitri, Disperindag Pekanbaru Imbau Masyarakat Waspadai Produk Kedaluwarsa   ●   
  • Dishub Pekanbaru Imbau Masyarakat Lapor Jika Temukan Jukir Liar   ●   
Marhaban ya Ramadhan
Sabtu 02 April 2022, 19:42 WIB

Di penghujang Sya’ban, Rasulullah bersabda : “wahai manusia, suatu bulan yang mulia lagi penuh rahmat akan menaungi kamu; bulan yang berisi satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan; suatu bulan yang Allah tetapkan kewajiban berpuasa, dan disunnahkan shalat malam. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah, dia sama dengan orang yang melakukan kewajiban di bulan lain.”

Kata Rasulullah lagi, “barang siapa melaksanakan suatu kewajiban pada bulan ini, ia sama dengan orang yang melakukan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Bulan ini adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu pahalanya adalah surga. Ia merupakan bulan kedermawanan dan bulan tambahnya rezeki. Barang siapa memberi berbuka kepada seseorang yang berpuasa, maka pengampunan terhadap dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari neraka”.

Penggalan khutbah Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ibnu khuzaimah, Baihaqi dan Ibnu Hibban itu, merupakan pengembangan nilai dan amal Ramadhan yang di dalamnya memuat pesan khusus tentang puasa, tadarus dan sedekah. Puasa merupakan ibadah wajib yang dilakukan oleh setiap muslim beriman seperti diperintahkan QS. Al Baqarah; 183: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang bertqwa”. Dari ayat ini, sasaran akhir puasa adalah taqwa.

Kendatipun perintahnya wajib, tak sedikit umat muslim yang tidak melaksanakan puasa. Mereka seakan tak mampu menahan lapar dan haus dari terbit fajar ke terbenam matahari. Yang berpuasa sekalipun, banyak juga yang tidak sanggup menahan; menahan berghibah, memfitnah, berkata kotor, mengolok-olok, berdusta, dan menahan dari hal lain yang dapat merusak ibadah puasa. Itu karena niat puasa tidak dimulai untuk mendapat keridhaan Allah, akan tetapi sekedar menjalankan perintah berpuasa.

Pelaksanaan ibadah puasa sangat bertumpu pada kemampuan individu muslim untuk jujur pada diri sendiri, dan jujur pada orang lain. Berbeda dengan haji, shalat, shadaqoh dan zakat yang  wujudnya dapat dilihat, tetapi puasa tidaklah demikian. Pelaksanaan ibadah puasa hanya dirinya dan Allah semata yang tahu.

Puasa pada hakekatnya merupakan olah rohani dan pembentukan jasmani yang sudah berlangsung cukup lama. Di luar Islam, para pemeluk agama lain juga melakukan puasa dengan cara yang berbeda. Orang China, misalnya, berpuasa pada hari-hari besar yang mereka rayakan, dan melaksanakan puasa di hari yang mereka anggap sebagai hari malapetaka dengan cara tidak makan selama dua puluh empat jam secara terus menerus.

Demikian pula bangsa Yunani yang mengambil tradisi puasa dari bangsa Mesir kuno. Dalam tradisi Yunani, terutama kaum wanita, mengerjakan puasa dengan cara duduk diam di atas tanah dengan menunjukkan raut muka yang kusut dan sedih. Mereka berpuasa beberapa hari sebelum berangkat ke medan perang. Kaum Nabi Musa dan Nabi Isa a.s. juga demikian. Menurut sebuah riwayat, Nabi Isa berpuasa empat puluh hari sebelum memulai masa kerasulannya.

Umat Islam melaksanakan puasa di bulan Ramadhan di samping bulan-bulan lain pada hari-hari yang disunatkan. Khusus puasa Ramadhan, Allah mewajibkan pelaksanaannya kepada setiap orang yang beriman karena hanya orang-orang yang berimanlah yang dimata Allah mampu mencapai derjat ketaqwaan. Dan, apabila dalam bulan itu ia sakit atau sedang berada dalam perjalanan, sedangkan dirinya tidak berpuasa, maka wajiblah baginya mengganti puasa tersebut sebanyak bilangan hari yang ditinggalkan.

Perintah penggantian ini dapat kita simak dalam kelanjutan QS Al Baqarah; 184, yang menyebutkan : Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain, dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah dengan cara memberi makan seorang miskin.

Ramadhan adalah bulan mulia, yang di dalamnya diturunkan al Qur’an sebagai hudallinnas bagi manusia. Ketaqwaan yang dibentuk oleh Ramadhan pada dasarnya membentuk tatanan kehidupan setiap pribadi muslim agar memiliki nilai-nilai: ikhlas, bertanggung jawab, tolong menolong, jujur, bertoleransi, dan sabar. Nilai-nilai ini dalam kehidupan kekinian sudah mulai menipis karena besarnya pengaruh orientasi duniawi. Kejujuran, keadilan, kebenaran dan rasa tanggung jawab kita pada diri sendiri dan kepada orang lain, semakin merosot seiring dengan melemahnya nilai ketaqwaan kita kepada Sang Pencipta.

Prostitusi, perjudian, penindasan, ketidak-adilan, kezaliman dan sikap ingin menang sendiri, dan kedzaliman menjadi warna baru dalam kehidupan keseharian kita. Puasa yang saban tahun kita laksanakan seakan belum mampu membentengi diri kita dari tindakan dan perbuatan yang bertentangan dengan faedah ibadah puasa itu sendiri.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda: “berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya itu, selain lapar dan haus. Dan berapa banyak orang yang shalat di malam hari tidak mendapatkan sesuatu apapun, selain sekedar berjaga malam” (HR. Darimi). Kuncinya hanya satu: ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas menjalankan puasa, selain jauh dari bisikan syetan juga beroleh rahmat. Marhaban ya Ramadhan.*

[]Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau




Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Indeks
Kamis 02 November 2023, 17:23 WIB
Impeachment Jokowi
Sabtu 21 Oktober 2023, 00:34 WIB
''Quo Vadis Mahkamah Konstitusi''
Jumat 13 Oktober 2023, 00:45 WIB
BRK Syariah Mencari Dirut, Siapa ‘Jagoan’ Syamsuar?
Sabtu 23 September 2023, 10:31 WIB
Pilpres 2024: Dua atau Tiga Pasang?
Selasa 05 September 2023, 23:50 WIB
Nasib Demokrat
Sabtu 02 April 2022, 19:42 WIB
Marhaban ya Ramadhan
Kamis 10 Maret 2022, 16:34 WIB
Mutiara dari Pesisir
Sabtu 26 Februari 2022, 16:37 WIB
Tersandung "Gonggongan Anjing"
Sabtu 19 Februari 2022, 09:39 WIB
Catatan Tiga Tahun Syamsuar - Edi Natar
Kamis 10 Februari 2022, 06:57 WIB
Menata Kembali Industri Pers


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top